Saturday 26 July 2014



Umat Islam melepas puasa Ramadan dengan merayakan hari kemenangan pada Idul Fitri, yang jatuh pada 1 Syawal. Hari raya ini merupakan ungkapan kebahagian manusia setelah berhasil mengatasi cobaan selama puasa, memperbaiki diri, serta meningkatkan kesalehan sosial pada bulan Ramadan.
Secara etimologi, Idul Fitri berarti Hari Raya Kesucian atau Kemenangan, yakni kemenangan mendapatkan kembali, mencapai kesucian diri. Secara terminologi, dimaknai sebagai kepulangan seseorang kepada fitrah asalnya yang suci, ke kondisi asalinya saat pertama kali diciptakan.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-Rum, yang artinya: "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah): (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" (Q, 30: 30).
Momentum 1 Syawal bisa menjadi perayaan kemenangan jika umat muslim berhasil melewati Ramadan dengan ketulusan hati. Ibadah puasa yang dijalani selama sebulan itu harus mampu melahirkan seseorang pribadi yang lebih baik menuju sempurna.
Sebab, nilai puasa tidak hanya tergantung pada berapa jauh kita merasa lapar dan haus serta menahan hasrat diri, melainkan pada keberhasilan manusia menjalankannya dengan iman dan ikhlas kepada Allah swt. Keberhasilan puasa juga dinilai dari kesanggupan manusia untuk mawas diri, melakukan evaluasi secara terus-menerus, dengan bertanya secara jujur: siapa diri kita sebenarnya.
Idul Fitri merupakan puncak pengalaman hidup sosial keagamaan dalam siklus waktu tahunan. Ia mengajarkan manusia bersikap positif dan optimis dalam memandang hidup. Manifestasi dari perayaan ini adalah sikap-sikap dan perilaku positif yang setinggi-tingginya dan setulus-tulusnya terhadap sesama.
Manusia dianjurkan menghormati sesamanya sebagaimana menghormati dirinya sendiri, serta ikut menegakkan pola hidup bersama yang dijiwai sikap saling percaya atau prasangka baik. Sebab sikap curiga bertentangan dengan dasar kesucian primordial ini, sehingga menjadikan manusia tidak manusiawi dan menyimpang dari fitrah.
Sebelum merayakan hari kemanangan, umat muslim diwajibkan membayar zakat fitrah yang dibagi kepada para fakir miskin serta yang berhak lainnya, sebagai ungkapan rasa setia terhadap sesama. Setelah itu dilanjutkan dengan perjumpaan besar pada salat ied, lalu diteruskan dengan bersilaturrahmi dan saling memaafkan. Itulah gambaran jelas dari aspek sosial selepas ibadah puasa.
Inilah semangat dan hikmah dari hari raya Idul Fitri. Semoga kita semua termasuk orang yang kembali ke fitrahnya dan sukses menahan diri serta memperoleh kebahagiaan. Pada saat yang sama kita dapat menangkap dan mengamalkan hikmah hari raya ini demi pembangunan bangsa menuju masa depan yang lebih baik.

banner4

Boschanger

Kategori

Artikel Populer

Artikel Terbaru